Senin, 12 November 2012

PENALARAN DEDUKTIF


Penalaran adalah proses berpikir yang berpangkal dari pengamatan indra kita sehingga menghasilkan beberapa kesimpulan atau konsep-konsep tertentu. Proses menalar itu sendiri dimulai dari sebuah pengamatan sejenis yang menghasilkan suatu proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, sehingga orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. 
Premis atau antesedens berasal dari kata premissus/praemittere, artinya sebelum mengirim.
Premis adalah pernyataan atau proposisi yang dijadikan sebagai dasar penyimpulan. Premis dinamai sesuai term yang dikandungnya, Premis mayor mengandung term predikat dan berupa kelas. Premis minor mengandung term subyek dan berupa anggota kelas. Konklusi diturunkan dari premis mayor dengan bantuan premis minor dan tidak mengandung term tengah (term M).
Penalaran Deduktif 
          Deduktif adalah penalaran yang menggunakan proposisi universal. Penalaran yang mempunyai premis berupa proposisi universal atau cara berpikir yang dilakukan untuk menarik kesimpulan umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus. 

Silogisme 
      Dalam penalaran deduktif ada yang disebut dengan Silogisme, silogisme itu sendiri adalah proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan. Proposisi pertama disebut premis, proposisi kedua disebut premis juga dan proposisi ketiga disebut konklusi. Silogisme kategorik adalah bentuk formal silogisme terdiri dari proposisi kategorik. 
Silogisme Aristoteles: Proposisi kategorik yang membentuk silogisme kategorik berpola S-P (Subyek–Predikat). Term S dan P adalah kata benda dan bersifat substantif. S dan P dihubungkan pengait yang disebut kopula. Kopula berbentuk “itu” “adalah” “yaitu” “ialah” dan sebagainya. 

Silogisme Kategorial 
         Silogisme kategorial adalah silogisme yang disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis dalam predikat yang menghasilkan kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan dinamakan premis minor. contoh kalimat : para penguasa jujur, maka Negara akan maju. Negara maju maka rakyat akan senang. jadi, Negara maju maka rakyat akan senang. 

Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
2.Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi   kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis.
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh: Semua pahlawan adalah orang berjasa Kartini adalah pahlawan
Jadi : Kartini adalah orang berjasa.

Silogisme Hipotesis 
     Silogisme hipotesis adalah silogisme yang memiliki premis mayor berupa proposisi (jika), sementara premis minor dan kesimpulannya berupa proposisi kategoris. contoh kalimat : jika air dimasak pasti mendidih. air dimasak. jadi, air mendidih. 

 1. Prinsip silogisme : (1) Prinsip persamaan : dua hal adalah sama, jika hal pertama dan hal kedua sama dengan hal ketiga atau S = M = P, jadi S = P. Paus (S) adalah mamalia (M), setiap mamalia (M) bernafas dengan paru-paru (P), jadi paus (S) bernafas dengan paru-paru (= P) ; (2) Prinsip perbedaan : dua hal adalah berbeda, jika hal pertama sama dengan hal ketiga, namun hal kedua tidak sama dengan hal ketiga atau S = M # P ð Anom (S) adalah manusia, semua manusia (M) adalah bukan mesin (# P), jadi Anom (S) adalah bukan mesin (# P) ; (3) Prinsip distribusi : apa yang berlaku untuk kelas, maka berlaku pula untuk masing-masing anggota kelas. Semua burung mempunyai sayap, kutilang adalah burung, jadi kutilang mempunyai sayap. Sayap berlaku bagi burung, maka berlaku pula bagi kutilang karena kutilang adalah burung ; (4) Prinsip distribusi negatif : apa yang diingkari untuk suatu kelas, juga diingkari untuk masing-masing anggota kelas. Semua hewan tidak mempunyai dedaunan, kucing adalah hewan, jadi kucing tidak mempunyai dedaunan. 

 2. Hukum silogisme : (1) Jumlah term dalam silogisme tidak boleh lebih dari tiga, S, M, P; (2) Term tengah (M) tidak boleh terdapat dalam konklusi; (3) Term tengah (M) setidaknya satu kali harus berdistribusi; (4) Jika semua proposisi dalam premis adalah proposisi afirmative (A, I) maka konklusi-nya affirmative; (5) Proposisi dalam premis tidak boleh keduanya particular (I, O), salah satu harus universal (A, E); (6) Proposisi dalam premis tidak boleh keduanya negative (E, O); (7) Jika salah satu proposisi negative (E atau O) maka konklusi-nya harus negative (E atau O). 

 3. Relasi silogisme : (1) Relasi contrary : jika salah satu poposisi benar, maka proposisi yang lain pasti salah. Jjika proposisi A benar, maka proposisi E pasti salah. Jika proposisi E benar, maka proposisi A pasti salah ; (2) Relasi sub contrary : Hubungan berkebalikan antara proposisi particular (I dan O). Jjika proposisi I benar, maka proposisi O dapat salah. Jika proposisi O benar, maka proposisi I dapat salah. Proposisi I dan O keduanya dapat sama-sama benar atau sama-sama salah ; (3) Relasi sub alternan : Kebenaran proposisi pertama menjamin kebenaran proposisi kedua, tapi kebenaran proposisi kedua tidak menjamin kebenaran proposisi pertama. Kebenaran A menjamin kebenaran I, namun tidak sebaliknya. Kebenaran E menjamin kebenaran O, namun tidak sebaliknya ; (4) Relasi contra dictory : Dua proposisi yang bertentangan, keduanya tidak dapat sama-sama benar atau sama-sama salah, yakni : Jika proposisi A benar, maka proposisi I dan O pasti salah. Jika proposisi E benar, maka proposisi O dan I pasti salah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar